Baca bagian 4
===========================================
Persembahan makanan dari Sujata |
Setelah Petapa Gotama menerima persembahan nasi susu dari Sujata di pagi hari, pada hari keempat belas bulan Vesak, 588 S.M, Bodhisatta kemudian pergi menuju hutan sala di tepi Sungai Neranjara. Di sana Ia beristirahat sejenak dan melewati sisa hari itu di bawah naungan rindang sebatang pohon sãla sambil berkonsentrasi dalam anapana bhavana. Pada senja sore hari itu, kala udara terasa sejuk dan angin berhembus sepoi-sepoi, Ia menuju ke Hutan Gaya, ke kaki pohon bodhi (Pali: assattha; Latin: Ficus religiosa).
Dalam perjalanan, Ia bertemu dengan seorang penyabit rumput bernama Sotthiya, yang tengah datang dan arah yang berlawanan seraya memikul rumput. Dia sangat terkesan oleh penampilan agung Petapa Gotama. Setelah tahu bahwa Petapa Gotama memerlukan sedikit rumput, dia lalu mempersembahkan delapan genggam rumput kusa kepada-Nya.
Godaan tiga putri mara |
Sesampainya di pohon bodhi, Petapa Gotama memeriksa sekeliling untuk mencari tempat yang sesuai untuk bermeditasi. Setelah itu, Petapa Gotama duduk bersilang kaki dengan menghadap ke timur. Ia menyatakan tekad-Nya yang bulat: “Walaupun hanya kulit, urat daging, dan tulang-Ku yang tertinggal! Biarpun seluruh tubuh, daging, dan darah-Ku mengering dan berkerut! Aku tidak akan bangkit dari tempat duduk ini kecuali dan sampai Aku mencapai Kebuddhaan!”
Godaan pasukan mara |
Setelah mengalami pergulatan batin yang berat selama beberapa waktu, akhirnya Petapa Gotama berhasil menundukkan rasa ngeri, keinginan duniawi, niat buruk, dan kekejaman. Kemenangan-Nya atas pergulatan batin ditandai dengan berjajarnya bulan purnama yang tengah menyingsing di ufuk timur dengan bulatan merah matahari yang tengah terbenam di ufuk barat. Bodhisatta akhirnya mengetahui bahwa itulah saat yang tepat untuk meneruskan perjuangan-Nya mencapai Pencerahan Agung. Pada malam bulan purnama, bulan Vesak, 588 M, Bodhisatta tetap duduk tenang memusatkan perhatian-Nya.
Pencapaian pencerahan sempurna |
Setelah Ia memasuki jhana pertama, kedua, ketiga dan keempat dalam meditasi-Nya, pikiran-Nya yang terkonsentrasi menjadi murni, cermelang, tanpa noda, tanpa cacat, mudah ditempa, mudah dikendalikan, serta tak tergoyahkan. Saat itu Ia mengarahkan pikiran-Nya dan mencapai tiga pengetahuan.
Pengetahuan pertama merupakan pengetahuan melihat dengan jelas dan rinci kelahiran-kelahiran-Nya yang terdahulu (pubbenivasanussati ñana). Hal ini terjadi pada waktu jaga pertama, yaitu antara jam 18.00 sampai 22.00.
Pengetahuan kedua merupakan pengetahuan melihat dengan jelas kematian dan tumimbal lahir kembali makhluk hidup (dibbacakkhu ñana). Ia melihat makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali dalam kondisi rendah dan mulia, cantik dan buruk, mujur dan sial. Hal ini terjadi pada waktu jaga kedua, yaitu antara jam 22.00 sampai 02.00.
Pencapaian pencerahan sempurna |
Pengetahuan ketiga merupakan pengetahuan akan penghancuran noda (asavakkhaya ñãna). Ia mengetahui secara langsung segala sesuatu sebagaimana adanya. Ia menyadari dan mencerap bahwa pikiran-Nya terbebas dari noda keinginan indrawi, noda kehidupan, dan noda kebodohan batin. Dan ketika Ia terbebas, muncullah pengetahuan bahwa Ia telah terbebas. Ia menyadari langsung bahwa kelahiran-Nya sudah dihancurkan; hidup suci sudah dijalankan; apa yang harus dilakukan sudah dilakukan; tiada lagi kelahiran kembali di alam mana pun juga. Hal ini terjadi pada waktu jaga ketiga, yaitu antara jam 02.00 sampai 04.00. Ia mengetahui bahwa “inilah penderitaan”, bahwa “inilah sumber penderitaan”, bahwa “inilah berakhirnya penderitaan”, dan bahwa “inilah jalan menuju akhirnya penderitaan”.
Dengan tercapainya Pengetahuan Sejati Ketiga maka Bodhisatta mencapai Arahatta-Magga, menjadi Yang Sadar (Buddha), Yang Terberkahi (Bhagava), Yang Tercerahkan Sempurna (Sammasambuddha). Seiring dengan Pencerahan-Nya, Buddha juga memperoleh penegtahuan sempurna tentang Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani).
Demikianlah menjelang fajar pada hari bulan purnama, Vesak 588 S.M, pada usia tiga puluh lima tahun, Bodhisatta mencapai Kemahatahuan dan menjadi Buddha dari tiga dunia dengan usaha-Nya sendiri.
UNGKAPAN KEBAHAGIAAN
Dengan tercapainya Pencerahan Sempurna, Sang Buddha mengungkapkan kebahagiaan-Nya dengan melontarkan dua bait syair nyanyian pujian kebahagiaan (udana).
“Tak terhingga kali kelahiran telah Kulalui
Untuk mencari, namun tak Kutemukan, pembuat rumah ini.
Sungguh menyedihkan, terlahir berulang kali!”
“O pembuat rumah! Sekarang engkau telah terlihat!
Engkau tak dapat membuat rumah lagi!
Semua kasaumu telah dihancurkan!
Batang bubunganmu telah diruntuhkan!
Kini batin-Ku telah mencapai Yang Tak Terkondisi!
Tercapai sudah berakhirnya nafsu keinginan!”
==================================
Lagu Pekik Kemenangan :
Lagu Pekik Kemenangan :
===========================================
0 komentar:
Post a Comment